Selasa, 24 Januari 2012

tanda tanda ingin bunuh diri

Tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri kudu kita ketahui, bisa jadi disekeliling kita atau bahkan di dekat kita tanda-tanda orang ingin bunuh diri udah pernah kita jumpai. Tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri ini setidaknya bisa menjadi acuan buat sobat semua bahwa orang yang akan bunuh diri pasti ada ciri-cirinya atau tanda-tandanya..Klik disini untuk melihat DAFTAR NEGARA terbanyak dalam kasus bunuh diri. 
Menurut data WHO tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya...ngeri kan? sobat kudu tau ni apa tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri

Dikutip dari situs kesehatan mental epigee.org, Selasa (3/7/2010), berikut ini adalah tanda-tanda orang ingin bunuh diri yang mungkin terjadi: 
1. Bicara mengenai kematian
Bicara tentang keinginan menghilang, melompat, menembak diri sendiri atau ungkapan membahayakan diri. 
2. Baru saja kehilangan
Kematian, perceraian, putus dengan pacar atau kehilangan pekerjaan, semuanya bisa mengarah pada pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Kehilangan lainnya yang bisa menandakan bunuh diri termasuk hilangnya keyakinan beragama dan hilangnya ketertarikan pada seseorang atau pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati. 
3. Perubahan kepribadian
Seseorang mungkin memperlihatkan tanda-tanda kelelahan, keraguan atau kecemasan yang tidak biasa. 
4. Perubahan perilaku
Kurangnya konsentrasi dalam bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan rumah tangga. 
5. Perubahan pola tidur
Tidur berlebihan, insomnia dan jenis gangguan tidur lainnya bisa menjadi tanda-tanda dan gejala bunuh diri. 
6. Perubahan kebiasaan makan
Kehilangan nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan. Perubahan lain bisa termasuk penambahan atau penurunan berat badan. 
7. Berkurangnya ketertarikan seksual
Perubahan seperti ini bisa mencakup impotensi, keterlambatan atau ketidakteraturan menstruasi. 8. Harga diri rendah: gejala bunuh diri ini bisa diperlihatkan melalui emosi seperti malu, minder atau membenci diri sendiri. 
9. Ketakutan atau kehilangan kendali
Seseorang khawatir akan kehilangan jiwanya dan khawatir membahayakan dirinya atau orang lain. 
10. Kurangnya harapan akan masa depan
Tanda bunuh diri lainnya adalah seseorang merasa bahwa tidak ada harapan untuk masa depan dan segala hal tidak akan pernah bertambah baik. Beberapa tanda bunuh diri lainnya meliputi pernah mencoba bunuh diri, memiliki riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, belanja berlebihan, hiperaktivitas, kegelisahan dan kelesuan. 
Apa yang harus dilakukan? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala-gejala bunuh diri di atas, segeralah mencari bantuan. 
Jika Anda berencana bunuh diri, segera cari bantuan dengan melakukan langkah-langkah berikut ini: 
1. Bicara dengan orang yang dikasihi: datangi orang yang Anda cintai dan katakan padanya tentang apa yang Anda alami dan rasakan. 
2. Cari bantuan ahli: bicaralah dengan konselor, psikiater, psikolog, terapis, dokter keluarga Anda, atau kunjungi pusat pencegahan bunuh diri dan masa genting: bicara dengan ahli adalah langkah penting untuk pulih. Ketahuilah bahwa pertolongan ada disana dan jika merasa saat ini mungkin rasanya tidak ada harapan, Anda tidak sendirian dalam perjuangan Anda.
Jika seseorang yang sobat kenal menunjukkan tanda-tanda bunuh diri atau telah mempercayai sobat tentang pemikiran bunuh diri mereka, ikutilah satu atau lebih dari langkah-langkah berikut: 
1. Jangan pernah bersumpah untuk kerahasiaan teman yang akan bunuh diri Ketika ada teman, keluarga atau kekasih sobat ni mengatakan ingin bunuh diri mereka pasti menuntut sobat agar menjaga rahasianya. 
Menurut ahli itu justru sikap yang salah, memang teman, keluarga atau kekasih sobat mungkin merasa dikhianati jika sobat menceritakan pada orang lain tentang keinginan untuk bunuh dirinya. Tapi tidak melakukan apapun hanya akan menempatkan hidupnya dalam bahaya. Ceritakan segera pada terapis atau dokter tentang keadaan teman atau Anda tersebut. 
2. Ambil tindakan: jauhkan dari segala obat-obatan atau benda berbahaya dari rumah temah sobat, seperti pil, racun, pisau atau senjata api. 
3. Berterusteranglah: bicaralah secara terbuka pada teman Anda tentang perilakunya. Jangan menghakimi atau menceramahinya. Jika teman sobat mempercayai sobat ni, berpura-pura terkejut pada keingininannya melakukan bunuh diri hanya akan menyebabkan pengasingan yang lebih baginya. 
Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
 Tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri ini wajib sobat baca deh.....OK...he he he

nenek gayung


Nenek Gayung - Kisah Mistis Kota Jakarta

Entah kenapa tiba-tiba saja nama "Nenek Gayung" tengah heboh, terutama di Wilayah kota Jakarta belakangan ini, dan sangat berkaitan dengan mitos mistis, atau cerita horror alias cerita hantu. Jaman semodern ini Kekuatan Mitos dan hal yang berbau tahayul masih begitu kuat terasa, bahkan di Ibukota kita, Jakarta. Yap, hal seperti ini Hanya Ada Di Indonesia.

Nama tokoh Hantu ini relatif sangat baru di Jakarta : Nenek Gayung. Beredar di sekitar akhir Desember 2011, dan nampaknya belakangan ini mulai santer di beritakan di berbagai situs (termasuk di Situs Berita Unik Terbaru ini ^_^ ). Sosok yang digambarkan berupa seorang nenek-nenek tua (emang ada nenek yang masih muda, cantik dan seksi??), berpakaian serba hitam dan selalu membawa gayung dan segulung tikar. Yang membuat sosok ini begitu menjadi hal yang membuat bulu kuduk anak-anak dan ABG berdiri adalah cerita dibalik Nenek Gayung ini. Simak yuk?

Menurut cerita dan isu yang beredar tentang nenek gayung ini, disebutkan bahwa si nenek berkeliaran di sekitar wilayah Jakarta Timur. Biasanya si nenek bergayung ini akan mengajak ngobrol korbannya. Jika korban menanggapi dan melayani ajakan obrolan dari sang nini-nini tersebut, maka biasanya tak lama kemudian akan mati... Wew.. serem juga ya.

Isu lain menyebutkan bahwa jika korban bercakap-cakap dengan si nenek, maka malamnya si nenek akan datang, menggelar tikar dan memandikan korban dengan gayungnya, dan biasanya, esoknya si korban akan meninggal... wiwwwwwww.


Berikut ini adalah beberapa versi cerita lain dari Nenek Gayung yang dikumpulkan dari berbagai Forum :


(Cerita Versi Sania)

Waktu itu ada 2 pria berkendaraan sepeda motor, mereka melihat nenek-nenek berpakaian hitam dan membawa gayung serta tikar. Lalu si 2 orang itu mendatangi nenek itu dan nanya "Nenek mau kemana?". Nenek pun menjawab "Nenek mau mati, nenek minta dimandiin nak" kata nenek itu.

Setelah lama ngobrol, 2 orang itu pun mengantar si nenek naik motor. Setelah beberapa lama tiba2 motor itu jatuh! Warga pun mengerubungi motor itu, dan ternyata 1 orang meninggal dan 1 orang lagi selamat, cuma sosok sang nenek itu tak terlihat batang hidungnya.

(Versi Rumor Gosip)
Di Jakarta tengah di bangun Busway, dan si nenek itu ceritanya sedang mencari tumbal buat pembangunan itu, karena dipercaya nenek tersebut adalah sosok misterius yang memiliki ilmu hitam. Nenek itu beredar di sekitar Jakarta Timur. Jika kita ngobrol dengan nenek itu, pada malam hari nya si nenek akan datang mengunjungi anda, kemudian akan dimandiin sama si nenek dan besoknya meninggal.

(versi 3)
Mungkin dari percakapan gw sama temen gw paling pesek, Risma kalian udah bisa nebak apa maksud dari nenek-nenek gayung ini. Yap. Jadi ada suatu kehebohan yang terjadi di sekitar Bekasi Barat ampe Jakarta Timur yang udah jadi trending topic banget di Facebook, Twitter, bahkan inbox gw penuh sama SMS berisi peringatan akan kehadiran nenek-nenek gayung.

Jadi, konon katanya. Warga-warga Penggilingan (JakTim) itu udah pada resah karena kehadiran sesosok hantu, jin, setan, dan sebangsanya yang udah mengancam keselamatan mereka. Konon katanya (lagi) itu nenek-nenek gayung, nggak cuman bawa gayung. Tapi juga bawa payung dan tiker. Dan kalau ada manusia yang nyapa, nanya-nanya mau kemana, atau Cuma sekedar melihat nenek-nenek gayung itu, dua atau tiga hari kemudian manusia yang nyapa, nanya-nanya, dan sekedar ngeliat tu nenek-nenek gayung bakalan mati tragis.

Asalnya nenek-nenek gayung ini masih banyak yang nanya-nanya. Jadi belum ada yang tau pasti. Atau kalo kalian ada yang tau, cerita dong dikomennya.

Oh iya. Jadi ntu nenek-nenek nggak Cuma menetap di suatu tempat. Tapi dia ngayap gitu kemana-mana. Yang terakhir gw denger sih lagi ada di daerah Cakung gituh. (alamakk... dekat sekolah itu.. -_-)
NYARI TUMBAL?

Ummm... nggak tau juga sih. Kebenaran akan isu ini juga belum sangat pasti. Banyak yang bilang cerita ini hanya sekedar nyari sensasi. Isu ini Cuma hoax yang bakalan ngalahin sensasi jambul khatulistiwa terowongan casablanca dan gorong-gorong sudirmannya Syahrini. Ada juga yang bilang kalo itu nenek-nenek gayung beneran ada. Dengan bukti banyak yang tewas setelah melihat atau menyapa nenek-nenek gayung itu.

Sumpah ye. Pertama kali gue denger nih cerita gue sama sekali nggak naggepin dengan serius banget. Eh ternyata, di Facebook tuh udah sangat nge-trend banget dengan semua status beraromakan “NENEK-NENEK GAYUNG”. Di twitter apa lagi. Sampe tu nenek-nenek juga punya account yang diberi nama user @NenekGayuung. Followersnya lumayan. Tunggu aja sampe bisa ngalahin followersnya @pocongkkkkkkkkkkkkkkkkgg (ga mungkin la yaaa).

Original Source : Nenek Gayung - Kisah Mistis Kota Jakarta http://www.poztmo.com/2012/01/nenek-gayung.html#ixzz1jrAxkX5l
Under Creative Commons License: Attribution

Kamis, 05 Januari 2012

coca cola ternyata dari air liur?! #ga tau juga ya ni hoax apa bukan

Coca-cola saat ini adalah produk minuman yang paling mendunia dan terkenal. diseluruh penjuru dunia pasti dapat ditemukan produk ini. Namun, tersiar kabar mengejutkan dari perusahan tersebut. Ternyata Bahan Rahasia Produk Coca-Cola adalah Air Liur (Air Ludah).

Kabar ini disiarkan oleh Weekly World News. Menurut sumber, seorang mantan karyawan Produk Coca-Cola memberitahukan informasi tersebut kepada Weekly World News. karyawan teresbut kesal karena dipecat tanpa pesangon. Ia akhirnya membocorkan rahasia tersebut secara anonim agar tidak diketahui dan dituntut.

Meskipun telah bartahun tahun orang berpekulasi tentang bahan rahasia kokkes tersebut. hanya sedikit orang yang mengira bahannya adalah air ludah manusia. "Mereka mengimpor ludah tersebut dari peru" ujar karyawan tersebut. "Itu dikarenakan ludah dari peru memiliki rasa yang berbeda" lanjutnya.

Mendengar kabar tersebut, Seorang Antropolog mengungkapkan bahwan penduduk peru telah berabad abad yang lalu menggunakan air ludah sebagai bahan untuk diet. "mereka menyebutnya Mazato" kata anntropolog tersebut. Mazato adalah minuman fermentasi dari air ludah manusia untuk bahan diet.

"Ludah tersebut berada di sebuah tong yang sangat besar" tutur karyawan tersebut. Menurutnya setelah itu ludah yang banyak itu dicampur dengan bahan seperti air berkabonasi, pewarna makanan, dan sedikit sirup jagung.

"Saya menghabiskan 20 tahun hidup saya bekerja untuk Coca-Cola,"katanya. "dan mereka bahkan tidak memiliki kesopanan untuk membayar terakhir saya dua minggu. Aku ingin kembali pada mereka, entah bagaimana, dan saya pikir ini akan menjadi cara yang sempurna."
Sejak awal Coca-cola telah benar benar menjaga rahasia bahan tersebut dari publik. Bahkan reserp rahasia buatan jhon pemberton pada tahun 1886 terkunci rapat dalam sebuah lemari besi yang dijaga ketat di kantor pusat Atlanta, Georgia. bahkan dengan cerdiknya pada kemasan setiap botol pada bagian daftar bahan, bahan rahasia ludah ini ditulis dengan nama "rasa alami dan buatan".

Dalam polling Coca-Cola Company sebelum bahan rahasia ini bocor, 88% konsumen tidak akan meminumnya lagi jika bahan coca-cola adalah air ludah.

tentang pico

Ameba Pico, the virtual world



Pico? yup, kali ini pengen banget ane bahas game yang satu ini. Buat yang belom main, cari aja game ini di pencarian facebook dengan kata Ameba pico Virtual world pasti ketemu, walaupun pada dasarnya game ini bisa dimainkan lewat situsnya sendiri. Saking banyak yang pengen di bahas tentang game ini, ampek bingung mulai darimana, bahas trik dapet food yang banyak, cheat gold pico atau tepatnya trik dapetin Ameba Gold secara gratis, atau trik atau cheat? selesain guest pico.

sebelum bahas cheat? tips dan trik bermain Pico , mungkin ada baiknya kalau kita lebih mengenal lebih jauh tentang game ini.

Katanya niihh... Ameba Pico berawal dari permainan dari jaringan sosial jepang yang sangat populer yang disebut Ameba Pigg, yang akhirnya di"adopsi" ke game versi Facebook AS, oleh perusahaan internet CyberAgent America, Inc, dan disebut amoeba Pico. Jadilah game ini game yang berdiri sendiri tetapi bisa dimainkan di facebook.

Di game ini, kita wajib menciptakan karakter Avatar termasuk nickname kita terlebih dahulu. Memilih jenis kelamin, bisa menentukan bentuk rambut depan dan belakang, termasuk warnanya, warna kulit dan bentuk wajah, termasuk kita punya pilihan bentuk alis, mata hidung dan mulut, de el el deh pokoknya. eitsss.. temasuk kita bisa dekor room menurut kemauan kita juga.

Beberapa hal yang menarik saat bermain Ameba Pico
1. kita bisa jalan jalan keliling dunia.
Yups. kita bisa jalan-jalan ke beberapa area yang berbeda dalam game ini. Setiap area memiliki tema berbeda,Pico anda dapat mengunjungi daerah di pusat kota NYC, pulau di sekitar Patung Liberty, bagian-bagian yang berbeda dari Central Park, New York Academy, dan banyak lagi.

  • . Berinteraksi secara online
Anda dapat berinteraksi secara berbeda di daerah masing-masing dengan pemain pico dari wilayah lain di seluruh dunia. Pico juga menyediakan taman taman tempat hang out.Selain tempat hang out, disitu juga disediakan toko toko (shop) berbeda dimana anda dapat berbelanja untuk keperluan pico anda. Setiap shop memiliki item yang spesifik untuk daerah tersebut. termasuk dekorasi untuk kamar, pakaian dan aksesori untuk Anda Pico. hal ini menjadikan permainan Pico ini menjadi semakin menarik.

  • Bermain game
buat yang senang main game, didalam permainan Pico ini pun disediakan permainan, bisa bermain melawan pengguna pco lain ataupun bermain bareng bareng sama pengguna lain.

dalam permainan Pico ini, mata uang yang bisa kita pakai untuk berbelanja ada tiga jenis. Gummies, Ameba Gold (AG), dan Token, tentang tiga hal ini, ane mo bahas di postingan selanjutnya, bagaimana cara mendapatkan Gummies secara cepat, trik ( Cheat?) mendapatkan AG gratis, insyaallah akan ane bahas disana,.. satu satu tentunya.

buat yang belom main Pico dan pengen main dan butuh Guide ( halaah, dah kaya wisata aja...) semoga ane bisa bantu di episode yang selanjutnya.

ane dapat cuma seadanya

Catatan: Beberapa program anti-virus keliru mengambil bagian Cheat Engine sebagai trojan / virus. Hal terbaik untuk Anda menonaktifkan anti-virus sebelum menginstal atau menjalankan Cheat Engine (More info pada masalah tertentu dapat ditemukan di sini)
Installer ini memanfaatkan plugin usul lunak OpenCandy

md5sum dari CheatEngine61.exe = e1611b421306f324411134992b9c1beb

Bagi mereka yang ingin memiliki mesin cheat tanpa installer otomatis dan rekomendasi OpenCandy selama instalasi, klik di sini (Harap dicatat bahwa Anda perlu untuk membersihkan registri Anda secara manual jika Anda menjalankan versi sebelumnya CE dan pastikan bahwa folder CE adalah diekstrak untuk dapat ditulis )

Rabu, 04 Januari 2012

nih! ane bener bener stengah mati translate nya!

pada awal nyaDua jalan bercabang di hutan kuning,Dan aku - Aku mengambil salah satu yang jarang dilalui oleh,Dan itu telah membuat semua perbedaan.- Robert Frost, 'The Road Not Taken'Penyair Robert Frost menulis itu, tetapi Donnie Yen bisa mengatakan itu. Pemberontak di hati, dia membuat jalan sendiri. Jalan di depan tidak selalu berjalan mulus. Langsung dan jujur ​​dalam pendapatnya, dia mungkin membuat lebih sulit pada dirinya sendiri. Perjalanan telah membentuk tidak hanya siapa dia sekarang tapi visi dari film yang telah diarahkan. Untuk Yen, film-film ini pribadi."Ketika Anda menonton film-film saya, Anda merasa hati saya," demikian ia.Lahir di provinsi Cina Kanton, Yen datang ke Hong Kong pada usia dua. Dia tinggal di sana sampai dia berumur sebelas tahun, kemudian pindah ke Boston, MA. Dia menghabiskan tahun-tahun awal remaja di sana, di mana ibunya, Bow Sim-Mark, terkenal di dunia dan Tai Chi Wushu master, berlari dikenal secara internasional Wushu Cina Research Institute, dan seni bela diri menjadi pengaruh besar dalam hidupnya. Jejak-Nya akan segera membawanya ke jalan yang jarang dilalui, nasibnya mungkin. Tapi pertama-tama ia akan mempelajari piano klasik, menyukai Chopin, musik menjadi inspirasi lain dalam hidupnya. Ayahnya, Yen Klysler, editor Boston Nyanyikan Tao, sebuah surat kabar harian internasional Cina, memainkan biola dan instrumen serupa-senar terdengar, Cina erh-wu sementara ibunya menyanyikan sopran. Sensitivitas Yen muda untuk ritme akhirnya akan membuat jalan ke dalam film yang diarahkan, menambahkan tekstur dan kedalaman."Musik dan gerakan keduanya ekspresi dari energi manusia dasar yang sama. Mereka seperti cat digunakan untuk layar warna. "Ibu Kung Fu Donnie Yen mulai pelatihan anaknya dalam seni bela diri segera setelah ia bisa berjalan. Dengan padanya bahwa dia menguasai tradisional dan Wushu Cina modern dan Tai Chi, pemahaman prinsip-prinsip internal dan eksternal. Sebagai remaja muda nongkrong di Chinatown Boston, Yen, seperti kebanyakan pemuda, menangkap setiap kung fu film dia bisa, tapi dengan perbedaan. Menonton Fu Sheng, Ti Lung, Bruce Lee, dan Jackie Chan layar, Yen bisa keluar dari teater akurat mengulangi gerakan mereka dalam film-film yang baru saja dilihatnya. Yen bahkan mengambil ke sekolah melewatkan untuk mengambil di beberapa film sehari. Lapar untuk pengetahuan yang lebih dan selalu pemberontak, Yen mulai mencari keluar dan menguasai berbagai gaya seni bela diri. Apa pun teman-temannya sedang belajar, ia membandingkan catatan dan menjelajahi sekolah-sekolah lain juga. Merasa kekuatan dan kekuatan seni bela diri, dia juga di sepanjang jalan dalam usahanya untuk kebenaran seni bela diri.Dari Street ke Layar Sebagai seorang remaja, Yen pemberontak mulai berjalan liar di jalanan rata-rata Combat Zone terkenal Boston. Bersangkutan, diatur orangtuanya baginya jalan memutar-mengirimnya ke Beijing, tempat ia akan menghabiskan dua tahun pelatihan dengan Tim Wushu Beijing yang terkenal, belajar dengan master yang sama dengan Jet Li. Yen menjadi non-RRC Cina untuk diterima di sekolah, sehingga membuka pintu bagi orang lain untuk mengikuti di masa depan. Sementara pelatihan itu intens dan ketat, Yen menginginkan lebih, jadi waktunya di sekolah hanya menjadi persinggahan satu. En rute kembali ke AS, ia membuat sisi perjalanan ke Hong Kong dan diperkenalkan kepada sutradara film Yuen Wo-ping, aksi koreografer untuk tahun 1999 The Matrix. Yuen, yang meluncurkan karir Jackie Chan dalam Ular di Bayangan Elang dan Master Drunken, sedang mencari seorang pahlawan film kung fu yang baru. Dalam Yen, ia menemukan laki-laki, dan begitu mulai perjalanan baru.Master Of Semua Terinspirasi oleh idolanya, Bruce Lee, Yen tidak hanya mengeksplorasi berbagai gaya bertarung yang berbeda, ia juga menciptakan sendiri sistem seni bela diri yang unik. Perkembangan-Nya dalam seni bela diri adalah sejajar layar oleh asimilasi dan kombinasi dari berbagai gaya seni bela diri ditampilkan. Mulai sedini Drunken Tai Chi, kemampuan fisik yang besar sekali jelas. Dalam seri Kandang Macan, Yen menunjukkan fleksibilitas dengan kickboxing Barat. Besi Monyet memamerkan gaya kung fu tradisional, dan kinerja mengesankan Yen sebagai Wong Key-ying membuat film salah satu film seni bela diri yang paling berpengaruh dekade ini. Di sini, ia dimuliakan gaya kung fu Hung Gar. Ironisnya, Yen menjelaskan ia tidak tahu Hung Gar tapi kemampuannya layar kredit kepada filsafat seni bela diri. Sepanjang karir filmnya, dia tidak pernah berhenti pelatihan dan seni bela diri tidak pernah berhenti berkembang. Mental dan fisik menjadi satu, dan semakin tinggi seni telah menjadi, filosofi Bruce Lee lebih berarti baginya. Guru dari semua dan tidak ada, Yen berkata, 'Saya sudah terlibat dengan seni bela diri selama bertahun-tahun sekarang, aku tidak benar-benar menganalisis mereka terlalu banyak lagi. Pada dasarnya saya setuju dengan apa Bruce Lee mengatakan, bahwa, sebagai manusia, kita semua memiliki dua lengan dan kaki, sehingga tidak bisa benar-benar gaya berbagai pertempuran. " Setiap gaya seni bela diri memiliki sesuatu untuk ditawarkan.Terobosan Yuen mengenali kemampuan fisik yang luar biasa Yen; seri mereka film bersama-sama dipimpin ke arah yang baru di Hong Kong tindakan bioskop. Menunggu untuk memulai syuting pada kendaraan pertama dibintangi, Drunken Tai Chi, Yen bakat itu dimanfaatkan oleh Yuen di Mukjizat Fighters 2. Pertunjukan gerakan tak tertandingi, ia dua kali lipat untuk semua saudara Yuen dan aktor Eddie Ko, semua bekerja pada gambar. Yen membuat debut keunggulannya di usia muda 19 di salah satu film terakhir tradisional seni bela diri, Drunken Tai Chi, yang mencapai puncaknya dengan akhir yang mengagumkan melawan. Ia kemudian akan membintangi Yuen kendaraan lain, dan dengan masing-masing, kemajuan sebagai seniman bela diri dan aktor ada untuk semua untuk melihat. Pasangan serasi (1985), sebuah komedi ringan memanfaatkan menggila breakdance, memamerkan kelincahan Yen dan fleksibilitas dan mengetuk ke dalam komik bakat. The Tiger Cage seri, string kontemporer polisi-dan-perampok drama aksi, hits keras dan cepat, setiap film ante upping tindakan yang bijaksana. Audiens masih perdebatan yang merupakan favorit. Dalam Tiger Cage (1989), ia membawa seniman bela diri berbakat dan teman-teman Michael Woods dan Stephan Berwick di papan tulis; pertengkaran mereka dimasukkan tae kwan melakukan tendangan, tinju barat, dan tradisional seni bela diri Cina. Dalam Garis of Duty 4 (1989) membawa temannya, John Salvitti ke TKP juga, dan Yen inovatif koreografer perkelahian realistis yang dipamerkan keterampilan lanjutan dari semua kombatan. Oleh Tiger Cage 2 (1990), ia telah menciptakan sendiri, gaya yang sangat modern koreografi pertempuran, berdasarkan pada penelitian yang sedang berlangsung dan meluas ke seni pertempuran yang berbeda, dan banyak mempertimbangkan liar perkelahian dalam film ini untuk menjadi yang terbaik di film aksi sejarah.Periode Naga film seni bela diri kembali ke Hong Kong tindakan bioskop dengan sutradara Tsui Hark yang memukul Once Upon a Time di Cina 2, dan Tsui, mencari lawan utama untuk Jet Li, yang pernah membintangi film pertama, memilih Yen. Memang, Yen dan Jet Li terlibat dalam dua duel yang telah menjadi klasik urutan tindakan, dan dalam kedua Yen kreatif koreografer gerakan, inventively menggunakan gulungan kain basah sebagai senjata. Dia juga dinominasikan untuk Aktor Pendukung Terbaik pada 1992 Hong Kong Film Awards sebagai pengakuan atas-Nya Setelah Setelah Waktu di Cina 2 kinerja. Film mapan dia sebagai bintang film Kung Fu. Dia melanjutkan untuk tampil di produksi sangat dihormati seperti Pedang kupu-kupu dengan Michelle Yeoh, New Dragon Gate Inn dengan Maggie Cheung (remake klasik King Hu '), dan Besi Monyet kultus favorit, di mana ia memainkan Wong Key-ying, ayah Wong Fei-hung muda. Dalam Monyet Besi, Yen dipentaskan adegan terkenal Tendang bayangan di mana ia bertarung para biksu Shaolin pemberontak, salah satu adegan seni bela diri yang paling berpengaruh dekade ini. Fleksibilitas dalam seni bela diri yang begitu kentara di Kandang Macan seri dengan mudah terbawa ke periode film seni bela diri, menunjukkan sekali lagi bahwa dia adalah 'tuan dari semua' genre.Rasa ArtistikNamun, Yen tidak puas dengan hanya muncul pada layar, dan jalannya pun berubah arah. Dia kredit Yuen dengan menemukan dia, tetapi juga mengakui ia belajar dari direktur lainnya. Selalu cepat belajar dan seorang pengamat dekat, keingintahuan Yen, intuisi dan rasa artistik melayaninya serta ia mulai mengembangkan estetika dan gaya sendiri dan menempatkan mereka pada layar - dari aksi koreografi, penempatan kamera, dan teknik untuk komposisi dan mengedit. Cepat-api mengedit diperpanjang dikombinasikan dengan close-up, over-the-bahu komposisi, tindakan terfragmentasi urutan yang mendaftarkan panas saat itu, dan soundtrack liris adalah merek dagang dari film sendiri hari ini. Tapi irama yang mereka ciptakan dapat melihat sekilas dalam kontribusi sebelumnya. Pada tahun 1994, Yen telah dikreditkan sebagai direktur tindakan pada beberapa film, termasuk Wing Chun (di mana dia lagi costarred dengan Michelle Yeoh.)InovasiSetelah gelombang baru film kung fu tradisional berakhir, Yen berpaling ke dunia tekanan tinggi Hong Kong televisi untuk mengembangkan keterampilan mengarahkan. Dia membintangi dan menyutradarai tindakan untuk dua top-rated menunjukkan, Kung Fu Master dan Fist of Fury. Yang pertama mengikuti kisah seorang seniman bela diri benar, Hung Hei-Kwun, selama penaklukan dari orang-orang Han selama akhir dinasti Qing. Yang terakhir ini terinspirasi oleh klasik 1971 Bruce Lee Connection Cina (disutradarai oleh Lo Wei), yang diatur di Shanghai pada 1930-an konsesi internasional selama pendudukan Jepang. Orang lain telah mengambil peran Bruce Lee Chen Zhen, termasuk Jackie Chan dalam sekuel Lo Wei dengan aslinya, dan Jet Li, di Fist Corey Yuen dari Legend. Sekarang giliran Yen. 30 episode seri untuk ATV Nya Hong Kong memungkinkan dia waktu untuk menyempurnakan cerita belakang untuk menampilkan karakter dan peristiwa menceritakan mengarah ke orang-orang yang digambarkan dalam film sebelumnya. Dia juga mengutip semua adegan dan gambar pemirsa tahu baik dari aslinya Lee, seperti Chen Zhen, mengenakan setelan putih, berkabung di makam tuannya, atau pahlawan mengambil di dojo Jepang, dikelilingi oleh para pejuang Jepang. Dia tidak hanya bereksperimen dengan gaya yang berbeda tindakan tapi dengan pemotretan, editing, soundtrack dan efek kunci kroma, menunjukkan menyapu epik untuk kehidupan karakter '. Asmara, intrik, dan drama menjadi elemen kunci dalam cerita Yen. Dan Yen, tidak Jackie Chan atau Jet Li, pemirsa di Asia menyebutnya 'Chen Zhen' ketika mereka melihat dia di jalanan.The Road Less DitempuhMeskipun bakat seni bela diri yang luar biasa Yen, ia memilih jalan yang jarang ditempuh yang mengarah ke layar lebar debutnya sebagai sutradara dengan Legenda Wolf pada tahun 1997. Seperti nampak dalam tujuan, film dan bekerja televisi utama Yen, katanya, 'adalah untuk membangkitkan emosi di hati penonton. Tanpa itu, tidak ada. ' Banyak pembuat film dapat membuat hal yang lebih besar, lebih kompleks, dan lebih kejam, tapi Yen ingin film-filmnya untuk menyentuh para pendengarnya, bagi mereka untuk mengambil dengan mereka 'air mata, roman, dan memori. " Meskipun ditembak selama kurang dari setengah juta dolar AS, karena gaya yang unik, film tersebut meraup pujian kritis di Asia, dan terutama sangat diterima dengan baik di Jepang, di mana Yen menjadi ikon kultus di antara penggemar film muda. Legenda Wolf (alias New Big Boss) sejak saat itu telah didistribusikan di seluruh dunia. Bagian zona senja, bagian cerita geng dan semua seni bela diri, Legenda berfungsi sebagai elegi untuk suatu masa ketika memerintah film kung fu tertinggi. Yen sendiri bintang-bintang sebagai Man-hing, juga dikenal sebagai Wolf, seorang mantan striker berusia yang mencoba membujuk klien potensial bentuk pembunuhan. Sekilas peristiwa dalam serangkaian kilas balik sebagai seorang muda yang kehilangan memori tahu hanya menunggu cintanya yang hilang. Eksperimental pemotretan dan ritme energik dapat melihat sekilas dalam film ini serta serial TV sebelumnya. Tidak seperti kebanyakan seni Hong Kong bela diri dan pembuat film aksi, Yen tidak membedakan antara tindakan menembak dan drama. "Banyak yang meminta saya bagaimana membedakan aksi penembakan dan drama," komentar dia. "Yah, aku tidak. Seni bela diri adalah bentuk ekspresi, sebuah ekspresi dari diri batin Anda untuk tangan dan kaki. Seperti semua bentuk kehidupan di alam semesta kita. Sebuah gerakan, tersenyum, atau hanya berjalan di jalan adalah sebuah ekspresi. Bagi saya, menembak, mengedit, dan mencetak mengandalkan irama. Ini harus menjadi bagian dari Anda. Tentu saja ada aspek-aspek fundamental dan teknis, tapi pada akhirnya itu adalah harmoni dari keseluruhan. "KissedSetelah Legenda ditembak Of The Wolf dalam apa yang tersisa dari Hong Kong pedesaan, Yen membuat film berikutnya, Kiss Balistik, di jalanan 24 jam dari kota itu sendiri. Dimana film pertamanya telah difokuskan pada aksi seni bela diri, Kiss Balistik menampilkan beberapa tembak-menembak urutan paling imajinatif pernah berkomitmen untuk seluloid, disertai dengan tendangan tanda tangannya dan mengedit berani. Skor film disusun oleh komposer terkenal Jepang Yukie Nishimura, yang mengajukan diri untuk bekerja pada proyek, yang telah terinspirasi oleh menonton film debutnya Yen, Legend Of The Wolf. Kedua film romantis menggambarkan garis terjebak dalam api, dan keduanya memberikan pemerintahan bebas untuk gaya visual yang unik dari salah satu sutradara paling menarik di Hong Kong muda. Di Cium bintang Yen sebagai Cat striker, yang mencintai dari jauh. Film ini ditembak selama kurang dari setengah juta dolar dan dalam keadaan yang sangat sulit, mengingat krisis ekonomi Asia melanda setengah jalan film dan sumber-sumber keuangan Yen menghilang, namun Yen disampaikan big bang untuk uang dalam serangkaian urutan tindakan hiperkinetik, bersama dengan arty pemotretan dan lirik romantis. Film ini tidak hanya sukses dengan film Hong Kong, tapi Yen kritikus dinominasikan untuk Penghargaan Sutradara Terbaik Muda di Festival Film Fantastic Yubari 1998 di Jepang dan Kiss telah terpilih untuk penyaringan di banyak festival internasional lainnya.Legend Of The Wolf, Kiss balistik, kerja televisi Yen, dan koreografi aksi yang telah mendapatkan dia reputasi sebagai pembuat film yang terfokus yang memiliki visi dan dapat membawa ke layar-tapi juga sebagai seseorang yang dapat menjaga dalam pembatasan anggaran atau andal bekerja di bawah tekanan bila ada benjolan di jalan. Dia tidak pernah storyboard dan, seperti John Woo, membawa film di kepalanya. Seorang pengamat yang baik, ia mengatakan bahwa ketika ia berjalan ke set, ia dapat mengambil dalam adegan dan menentukan gambar mana, apa sudut, bagaimana aktor harus bergerak. Dan Yen sendiri, pernah bersemangat tentang karyanya, bergerak pada.Naga Membawa Penerbangan1999 melihat Yen mengambil gilirannya baru ketika dia menjadi Hong Kong pertama pembuat film Cina untuk co-langsung untuk sebuah serial TV baru Jerman, terbang ke Berlin untuk membuat Codename: Puma. Pilot episode itu nyaris dipukuli di rating oleh berita pukul 8 (yang telah mengadakan slot waktu untuk tiga puluh tahun berjalan) dan Yen diarahkan 8 episode baru selama seri 'berjalan sukses. Setelah menandatangani kontrak tiga-gambar untuk Film Dimensi (sebuah divisi dari Miramax), Yen membuat film pertamanya untuk mereka, Highlander: Endgame. Sementara bintang film Christopher Lambert dan Adrian Paul sebagai Highlanders, Yen adalah direktur tindakan dan memainkan peran tampil sebagai salah satu Dewa bertentangan. Dia dibawa ke adegan aksi seni martia rasa yang khas dan gaya, yang paling kung fu pembuatan film, karena dia akan di dua proyek berikutnya. 2001 melihat Yen Hong Kong klasik Monyet Besi dirilis di bioskop AS nasional, membawa karya sebelumnya untuk audiens baru. Sementara Yen sudah bekerja sebagai direktur tindakan terhadap Shurayuki-Hime (Princess Blade), yang membawanya ke Jepang, dan Wesley Snipes film Bilah II: Bloodhunt. Dengan Blade Putri, Yen terobosan baru dengan memberikan signature style dalam sebuah film yang diproduksi Jepang dengan cast dan kru semua orang Jepang. Film ini sudah sangat populer sehingga produsen kini berencana Malaikat Jepang (working title) untuk musim panas ini, yang akan mengarahkan Yen. Untuk Hollywood diproduksi Bilah II, sebuah film seni bela diri vampir, Yen juga memiliki cameo sebagai Snowman, vampir samurai yang itu "dingin seperti es." Dalam posting-produksi Daratan Pahlawan sutradara Zhang Yimou, yang akan bersatu kembali Yen dan Jet Li sebagai co-bintang di periode sepotong aksi dan di mana Yen memainkan pembunuh terhormat. Yen selanjutnya akan co-bintang sebagai penjahat di Shanghai Knights, Jackie Chan terbaru kendaraan, juga dengan Owen Wilson, Shanghai Noon sekuel.MileniumDonnie Yen memiliki keahlian dan pengalaman untuk melampaui batas-batas antara Hollywood Timur dan Barat. Fasih berbahasa Inggris, Kanton dan Mandarin, lahir pada daratan, setelah menghabiskan masa kecilnya di Hong Kong, pemuda di Boston, tahun terakhir di Hong Kong, dan sekarang berbasis antara LA dan New York, ia memberi arti baru untuk kata kosmopolitan. Dia berkembang pada energi kota dan tetap traveler dunia. Film-filmnya mencerminkan intensitas pribadinya dan drive serta kehidupan dunia ia mengamati sekitarnya. Pembuatan film untuk Yen adalah aliran, aliran gambar, aliran musik, dan aliran komunikasi antara seni dan penonton. " Dia membawa gaya baru di dunia bioskop milenium dan jalanan di depan.

gile...ane translate dulu yak biography donnie yen

In The Beginning
Two roads diverged in a yellow wood,
And I - I took the one less traveled by,
And that has made all the difference.

- Robert Frost, 'The Road Not Taken'
Poet Robert Frost wrote it, but Donnie Yen could have said it. A rebel at heart, he's made his own way. The road ahead hasn't always run smooth. Direct and honest in his opinions, he's probably made it harder on himself. The journey has shaped not only who he is today but the vision of the films he has directed. For Yen, these films are personal.
'When you watch my films, you're feeling my heart,' he relates.
Born in the Chinese province of Canton, Yen came to Hong Kong at age two. He lived there until he was eleven, then moved to Boston, MA. He spent his early teenage years there, where his mother, Bow Sim-Mark, a world famous Wushu and Tai Chi master, ran the internationally known Chinese Wushu Research Institute, and martial arts became a major influence in his life. His footsteps would soon lead him down the less traveled path, his destiny perhaps. But first he would study classical piano, favoring Chopin, music being the other inspiration in his life. His father, Klysler Yen, the Boston editor of Sing Tao, an international Chinese daily paper, plays the violin and a similar-sounding stringed instrument, the Chinese erh-wu while his mother sings soprano. The younger Yen's sensitivity to rhythm would eventually make its way into the films he directed, adding texture and depth.
'Music and movement are both expressions of the same basic human energy. They are like paints used to color the screen.'
Kung Fu Donnie Yen's mother began training her son in the martial arts almost as soon as he could walk. With her he mastered traditional and modern Chinese Wushu and Tai Chi, understanding internal and external principles. As a young teenager hanging out in Boston's Chinatown, Yen, like most youth, caught every kung fu movie he could, but with a difference. Watching Fu Sheng, Ti Lung, Bruce Lee, and Jackie Chan onscreen, Yen could come out of the theaters accurately repeating their moves in the movies he'd just seen. Yen even took to skipping school to take in several movies a day. Hungry for more knowledge and always the rebel, Yen began searching out and mastering various martial arts styles. Whatever his friends were studying, he compared notes and explored other schools too. Feeling the strength and power of his martial arts, he was well along the path in his quest for the truth of martial arts.
From Street to Screen As a teenager, the rebellious Yen began running wild on the mean streets of Boston's notorious Combat Zone. Concerned, his parents arranged a detour for him-sending him to Beijing, where he would spend two years training with the famed Beijing Wushu Team, studying with the same master as Jet Li. Yen became the first non-PRC Chinese to be accepted at the school, thus opening the door for others to follow in future. While the training was intense and rigorous, Yen wanted more, so his time at the school became only a sojourn. En route back to the U.S, he made a side trip to Hong Kong and was introduced to film director Yuen Wo-ping, the action choreographer for 1999's The Matrix. Yuen, who had launched the career of Jackie Chan in Snake in Eagle's Shadow and Drunken Master, was looking for a new kung fu movie hero. In Yen, he found his man, and so began a new journey.
Master Of All Inspired by his idol, Bruce Lee, Yen not only explored a wide variety of different fighting styles, he also created his own unique martial arts system. His progression in the martial arts is paralleled onscreen by the assimilation and combinations of various martial arts styles displayed. Starting as early as Drunken Tai Chi, his immense physical capabilities were evident. In the Tiger Cage series, Yen showed his versatility with Western kickboxing. Iron Monkey showcased traditional kung fu style, and Yen's memorable performance as Wong Key-ying made the movie one of the most influential martial arts films of the decade. Here, he glorified the kung fu style of Hung Gar. Ironically, Yen explains he doesn't know Hung Gar but credits his ability onscreen to his martial arts philosophy. Throughout his film career, he has never stopped training and his martial arts have never stopped developing. The mental and the physical become one, and the more elevated his art has become, the more Bruce Lee's philosophy has meant to him. Master of all and none, Yen says, 'I've been involved with martial arts for so many years now, I don't really analyze them too much anymore. Basically I agree with what Bruce Lee said, that, as human beings, we all have two arms and legs, so there can't really be many different styles of fighting.' Every style of martial arts has something to offer.
Breakthrough Yuen recognized Yen's extraordinary physical abilities; their series of films together led to a new direction in Hong Kong action cinema. Waiting to begin the filming on his first starring vehicle, Drunken Tai Chi, Yen's talents were utilized by Yuen on Miracle Fighters 2. Performing incomparable movements, he doubled for all of the Yuen brothers and actor Eddie Ko, all at work on the picture. Yen made his lead debut at the tender age of 19 in one of the last traditional martial arts movies, Drunken Tai Chi, which climaxes with an amazing final fight. He would later star in other Yuen vehicles, and with each, his progression as a martial artist and actor is there for all to see. Mismatched Couples (1985), a lightweight comedy capitalizing on the breakdancing craze, showcased Yen's agility and flexibility and tapped into his comic flair. The Tiger Cage series, a string of contemporary cops-and-robbers action dramas, hits hard and fast, each film upping the ante action wise. Audiences still debate which is the favorite. In Tiger Cage (1989), he brought talented martial artists and friends Michael Woods and Stephan Berwick on board; their fights incorporated tae kwan do kicks, western boxing, and traditional Chinese martial arts. In The Line of Duty 4 (1989) brought his friend John Salvitti onto the scene as well, and Yen innovatively choreographed realistic fights which exhibited the advanced skills of all the combatants. By Tiger Cage 2 (1990), he had created his own, very modern style of combat choreography, based on his ongoing and widespread research into different fighting arts, and many consider the feral fights in this movie to be among the best in action movie history.
The Dragon Period martial arts movies returned to Hong Kong action cinema with director Tsui Hark's hit Once Upon a Time in China 2, and Tsui, looking for the ultimate opponent for Jet Li, who had starred in the first movie, chose Yen. Indeed, Yen and Jet Li engage in two duels that have become classic action sequences, and in both Yen creatively choreographed the movements, inventively using a rolled wet cloth as a weapon. He was also nominated for Best Supporting Actor at the 1992 Hong Kong Film Awards in recognition of his Once Upon a Time in China 2 performance. The film firmly established him as a Kung Fu movie star. He went on to appear in such highly regarded productions as The Butterfly Sword with Michelle Yeoh, New Dragon Gate Inn with Maggie Cheung (a remake of King Hu's classic), and the cult favorite Iron Monkey, in which he plays Wong Key-ying, father to the young Wong Fei-hung. In Iron Monkey, Yen staged the well-known Shadowless Kick scene in which he fights renegade Shaolin monks, one of the most influential martial arts scenes of the decade. His versatility in the martial arts so apparent in the Tiger Cage series easily carried over into the period martial arts movies, demonstrating once more that he is 'master of all' genres.
Artistic Sense
However, Yen wasn't content with simply appearing onscreen, and his path took another turn. He credits Yuen with discovering him but also acknowledges he learned from many other directors. Always a quick study and a close observer, Yen's curiosity, intuition and artistic sense served him well as he began developing his own aesthetics and style and putting them onscreen-- from action choreography, camera placement, and technique to composition and editing. Rapid-fire editing combined with extended close-ups, over-the-shoulder composition, fragmented action sequences that register the heat of the moment, and a lyrical soundtrack are trademarks of his own films today. But the rhythm they create can be glimpsed in his earlier contributions. By 1994, Yen had been credited as action director on several films, including Wing Chun (in which he again costarred with Michelle Yeoh.)
Innovation
After the new wave of traditional kung fu films came to an end, Yen turned to the high-pressure world of Hong Kong television to develop his directing skills. He starred in and directed the action for two top-rated shows, Kung Fu Master and Fist of Fury. The former follows the story of a righteous martial artist, Hung Hei-kwun, during the subjugation of the Han people during the late Qing dynasty. The latter was inspired by Bruce Lee's 1971 classic The Chinese Connection (directed by Lo Wei), which is set in 1930s Shanghai in the international concession during the Japanese occupation. Others had taken on the Bruce Lee role of Chen Zhen, including Jackie Chan in Lo Wei's sequel to the original, and Jet Li, in Corey Yuen's Fist of Legend. Now it was Yen's turn. His 30 episode series for Hong Kong's ATV allowed him the time to flesh out a back story for featured characters and narrate events leading up to those depicted in the earlier movie. He also quoted all the scenes and images audiences knew well from Lee's original, such as Chen Zhen, dressed in a white suit, mourning at his master's grave, or the hero taking on the Japanese dojo, encircled by Japanese fighters. He not only experimented with different styles of action but with camerawork, editing, soundtrack and chroma key effects, suggesting an epic sweep for these characters' lives. Romance, intrigue, and drama became key elements in Yen's storytelling. And it is Yen, not Jackie Chan or Jet Li, Asian audiences call 'Chen Zhen' when they see him on the streets.
The Road Less Traveled
Despite Yen's exceptional martial arts talent, he chose the less traveled path that led to his big-screen directorial debut with Legend of the Wolf in 1997. As apparent in the film and his television work, Yen's primary goal, he says, 'is to stir emotion in the hearts of the audience. Without that, there's nothing.' Many filmmakers can make things bigger, more complex, and more violent, but Yen wants his films to touch his audience, for them to take away with them 'tears, romance, and memory.' Though shot for less than a half million dollars US, because of its unique style, the film earned critical acclaim across Asia, and was particularly well-received in Japan, where Yen became a cult icon among young film fans. Legend of the Wolf (a.k.a. New Big Boss) has since been distributed all over the world. Part twilight zone, part gang tale and all martial arts, Legend serves as an elegy for a time when kung fu movies reigned supreme. Yen himself stars as Man-hing, also known as Wolf, an aged former hitman who tries to dissuade potential clients form killing. Events are glimpsed in a series of flashbacks as a young man who's lost his memory knows only to wait for his lost love. Experimental camerawork and energetic rhythm can be glimpsed in this movie as well as his previous TV series. Unlike most Hong Kong martial arts and action filmmakers, Yen doesn't distinguish between shooting action and drama. 'Many have asked me how to distinguish shooting action and drama,' he remarks. 'Well, I don't. Martial art is a form of expression, an expression from your inner self to your hands and legs. Like all forms of life in our universe. A gesture, a smile, or just walking down the street is an expression. For me, shooting, editing, and scoring rely on rhythm. It must be part of you. Certainly there are fundamental and technical aspects, but at the end it's the harmony of the whole.'
Kissed
Having shot Legend Of The Wolf in what remains of the Hong Kong countryside, Yen made his next film, Ballistic Kiss, on the 24 hour streets of the city itself. Where his first film had focussed on martial arts action, Ballistic Kiss featured some of the most imaginative gunplay sequences ever committed to celluloid, accompanied by his signature kicks and daring editing. The film's score was composed by famed Japanese composer Yukie Nishimura, who volunteered to work on the project, having been inspired by watching Yen's debut film, Legend Of The Wolf. Both films depict romance caught in the line of fire, and both give free reign to the unique visual style of one of Hong Kong's most exciting young directors. In Kiss Yen stars as the hitman Cat, who loves from afar. The film was shot for less than half a million dollars and under enormously difficult circumstances, considering the Asian economic crisis hit halfway through filming and Yen's financial sources disappeared; yet Yen delivered big bang for the buck in a series of hyperkinetic action sequences, along with arty camerawork and romantic lyricism. The film was not only a success with Hong Kong film critics but Yen was nominated for the Best Young Director Award at the 1998 Yubari Fantastic Film Festival in Japan and Kiss has been selected for screening at many other international festivals.
Legend Of The Wolf, Ballistic Kiss, Yen's television work, and his action choreography have earned him the reputation of being a focused filmmaker who has a vision and can bring it to the screen-but also as one who can keep within budgetary restraints or reliably work under pressure when there are bumps in the road. He never storyboards and, like John Woo, carries the film in his head. A good observer, he says that when he walks onto set, he can take in the scene and determine which shots where, what angles, how actors should move. And Yen himself, ever passionate about his work, is moving on.
The Dragon Takes Flight
1999 saw Yen take a new turn when he became the first Hong Kong Chinese film-maker to co-direct for a new German TV series, flying to Berlin to make Codename: Puma. The pilot episode was barely beaten in the ratings by the 8 o'clock news (which has held its time slot for thirty years' running) and Yen directed 8 new episodes during the series' successful run. After signing a three-picture deal for Dimension Films (a division of Miramax), Yen made his first movie for them, Highlander: Endgame. While the film stars Christopher Lambert and Adrian Paul as the Highlanders, Yen was action director and played a featured role as one of the conflicted Immortals. He brought to the martia arts action scenes his distinctive flavor and style, the ultimate kung fu of filmmaking, as he would in his next two projects. 2001 saw Yen's Hong Kong classic Iron Monkey released in US theaters nationwide, bringing his earlier work to a new audience. Meantime Yen was already working as action director on Shurayuki-Hime (The Princess Blade), which took him to Japan, and the Wesley Snipes movie Blade II: Bloodhunt. With Princess Blade, Yen broke new ground by delivering his signature style in a Japanese produced film with an all Japanese cast and crew. The movie's been so popular that the producer now plans Japanese Angel (working title) for this summer, which Yen will direct. For the Hollywood produced Blade II, a martial arts vampire movie, Yen also has a cameo as Snowman, a samurai vampire who's "cold as ice." In post-production is Mainland director Zhang Yimou's Hero, which will reunite Yen and Jet Li as co-stars in an action period piece and in which Yen plays an honorable assassin. Next Yen will co-star as the villain in Shanghai Knights, the latest Jackie Chan vehicle, also with Owen Wilson, a sequel to Shanghai Noon.
The Millennium
Donnie Yen has the skills and experience to transcend boundaries between Hollywood East and West. Fluent in English, Cantonese and Mandarin, born on the Mainland, having spent his early childhood in Hong Kong, youth in Boston, recent years in Hong Kong, and now based between L.A. and New York, he gives new meaning to the word cosmopolitan. He thrives on the energy of cities and remains a world traveler. His movies reflect his personal intensity and drive as well as the life of the world he observes around him. Filmmaking for Yen is flow, the flow of images, the flow of music, and the flow of communication between the art and the audience.' He brings a new style of world cinema for the millennium and the road ahead.